Minggu, 27 Desember 2009

Tips dan trick membuat surat lamaran

Tips bagaimana menulis surat lamaran kerja ini, menurut pengalaman saya, cukup cespleng. Hal itu terbukti dari sejumlah bekas "klien" saya yang sekarang sudah mendapatkan pekerjaan yang mereka dambakan. Sekadar catatan, tulisan ini hanyalah salah satu "tips". Tips lainnya masih banyak. Oke kita mulai.

1. Jangan ada kesalahan menulis sekecil apa pun.

Tulislah secara akurat, baik nama Anda, tempat lahir, nama perguruan tinggi dan lain sebagainya. Jangan pernah sekali pun menulis “Surakarta” misalnya, dengan “Suarakarta”.

Meski hal itu terlihat kecil, tetapi kalau saya yang menerima berkas seperti itu dari pilihan di daftar panggil manager personalia, saya pasti akan bilang, “He, apa-apaan ini. Begini kok dipilih.”

Kesalahan sekecil apapun telah menunjukkan bahwa Anda orang yang ceroboh, tidak teliti, ya pokoknya “semau gue”-lah.

Suatu ketika, selepas mengundurkan diri dari SOLOPOS, saya diminta menjadi konsultan perekrutan karyawan di sebuah radio swasta. Dari sekian berkas lamaran, ada beberapa yang ditulis tangan. Nah, ada yang di sana terdapat coretannya, tipex-an. Melihat itu, saya tidak melanjutkan membacanya. Berkas itu langsung saya masukkan ke kotak daftar singkir. Saya tidak mau memberi calon karyawan yang ceroboh untuk sebuah media massa. Bagaimana mungkin saya pilih, lha wong melamar ke calon bosnya saja asal-asalan, apalagi kalau nanti bertugas sebagai jurnalis yang harus memberi informasi ke masyarakat luas. Pasti amburadul dan tidak akuratbabarblas. Ya maaf saja, langsung saya drop.

2. Pasang foto tercantik atau terganteng yang Anda miliki.

“Aha, perekrutnya mata keranjang,” begitu barangkali pikir Anda. Ya, apapun alasannya, itulah tips dari saya.

Ketika saya diminta untuk membantu perekrutan karyawan di sebuah klinik kesehatan, ada beberapa calon karyawan yang secara prestasi pendidikan dan pengalaman kerjanya sama. Tetapi karena harus memilih, maka saya konsultasikan ke pemilik klinik. “Hehehe, iki wae-lah sing ketok ayu,” kata si bos klinik sambil menunjuk ke foto yang disertakan si pelamar. Foto itu terlihat lebih ngejreng daripada pelamar satunya.

Kasus seperti itu, tidak hanya sekali dua kali, tetapi banyak kali. Karena itu, kalau Anda sedang menumpuk berkas lamaran ke berbagai perusahaan, dandani dulu foto wajah yang akan Anda kirim.

Barangkali suatu saat Anda melamar posisi staf keuangan, tetapi karena di perusahaan yang Anda lamar tersedianya tinggal posisi staf front office, ya kalau wajah Anda terlihat cantik atau ganteng, tidak tertutup kemungkinan Anda dipanggil untuk mengisi posisi itu. Janganlah Anda menganggap remeh posisi itu (kecuali Anda benar-benar memiliki nilai lebih yang bisa Anda banggakan) sebab posisi-posisi tinggi di sebuah perusahaan biasanya diawali dengan posisi yang lebih rendah di bawahnya. Di SOLOPOS misalnya, para staf senior (kepala seksi ke atas) banyak yang memulai karir sebagai staf front office, resepsionis atau account executive. Di antara mereka bahkan ada yang sudah menduduki posisi setingkat manager.

Juga, kalau Anda mempunyai foto full body yang menurut Anda pantas untuk diperlihatkan ke perekrut, sertakan saja. Dalam banyak kasus, hal itu bisa sangat membantu Anda untuk katutdipanggil tes atau proses seleksi berikutnya.

Tips lain berkaitan dengan masalah foto, saya anjurkan Anda menempelkan pas foto dengan lem di bagian depan atas kanan CV Anda, meskipun Anda juga sudah menyertakan pas foto lepas. Ini akan sangat berguna ketika berkas Anda tertukar-dengan berkas lain di tumpukan meja bagian personalia. Kalau foto Anda ketlingsut, bisa jadi Anda langsung dianggap tidak menyertakan pas foto. Berkas Anda pun saya jamin langsung didrop.

3. Buatlah CV yang “menjual”.

Setelah tulisan surat lamaran Anda rapi (gunakan saja ketik komputer kecuali ada perintah di iklan lowongan agar Anda menulisnya dengan tulisan tangan), kalimat mengalir dengan enak, posisi yang dilamar tertera jelas, maka Anda harus lebih fokus pada isi curriculum vitae (CV). CV adalah bagian terpenting dari sebuah berkas lamaran. CV harus menjual. Bagaimana?

a. Tulislah apa yang pernah Anda hasilkan, bukan apa yang pernah Anda lakukan.

Untuk Anda yang pernah bekerja pada posisi staf, tuliskan hal yang Anda kerjakan selama itu. Misalnya (1) melakukan pemesanan barang produksi; (2) bernegosiasi dengan customer; (3) mengatur pengiriman barang; (4) merekap barang masuk; dll.

Dengan demikian, dalam menyusun daftar pengalaman kerja, jangan hanya disebutkan tentang kerja di perusahaan apa, dari tahun berapa sampai tahun berapa, atau begitu seterusnya. Daftar panjang mengenai pekerjaan Anda di masa lalu tanpa disertai penjelasan apa yang pernah Anda kerjakan/hasilkan, hanya akan memberi kesan bahwa Anda adalah pembosan, atau bahkan mengesankan Anda selalu gagal.

Untuk Anda yang pernah menduduki posisi manager, tuliskan target kerja apa yang pernah Anda capai; berapa jumlah staf yang Anda pimpin; dsb.

Lebih dari itu, meski tidak diminta, tuliskan secara ringkas dan padat hal apa yang bisa Anda lakukan seandainya Anda diterima pada posisi managerial yang Anda lamar.

b. Tuliskan kemampuan Anda, bukan daftar panjang pendidikan atau kursus yang pernah Anda ikuti.

Seringkali para pencari kerja mengikuti kursus ini-itu sekadar untuk menambah daftar panjang “riwayat pendidikan formal dan non-formal”. Hal itu baik-baik saja, tetapi akan lebih tepat kalau Anda menuliskan “apa yang bisa Anda lakukan” setelah mengikuti kursus itu.

Contoh:

·Daripada menulis “Kursus Bahasa Inggris di ABC Course 3 bulan” lebih baik ditulis “Mampu berkorespondensi dalam bahasa Inggris untuk keperluan formal kantor”. Bagi Anda yang pernah mengikuti kursus bahasa Inggris, Anda pasti bisa berkorespondensi dalam bahasa Inggris. Kalaupun Anda nantinya diberi tugas itu, Anda tidak akan kesulitan. Mengapa? Banyak buku teks korespondensi bahasa Inggris untuk keperluan kantor (formal) yang bisa Anda peroleh di toko buku.

·Daripada menulis “Kursus Jurnalistik Tingkat Lanjut 2 bulan” lebih baik Anda tulis “Mengerti cara-cara penulisan straight news, investigative reporting dan penulisan artikel ilmiah popular”. Apakah ini menipu? Tidak. Bisa jadi Anda belum bisa menulis berita atau menyusun laporan investigasi atau juga menulis artikel ilmiah popular, tetapi karena sudah mengikuti kursus jurnalistik, Anda pasti tidak salah kalau menulis “Mengerti cara-cara penulisan straight news, investigative reporting dan penulisan artikel ilmiah popular”. Kata “mengerti” sangat beda maknanya dengan “mampu”. Nah…

·Daripada menulis “Kursus ‘Basic Microsoft Office’ 6 Bulan” mending Anda tulis “Mampu menyalin laporan keuangan dengan program Excel, mampu menyiapkan presentasi dengan Microsoft Power Point, mampu mengedit foto dengan Image Manager” dan sebagainya. Dengan demikian, daftar panjang itu akan memperlihatlkan kemampuan Anda bukan riwayat pendidikan Anda.

Masih banyak tips dan trik bagaimana menulis “CV yang menjual” sesuai dengan apa yang Anda bisa, Anda pahami atau pernah Anda ikuti. Kali lain saya akan tuliskan untuk Anda.

Anda juga bisa melihat berbagai tips dan trik menembus lowongan kerja di griyagawe.wordpress.com. Bagi Anda yang tidak juga mendapatkan panggilan tes atau wawancara meski sudah puluhan kali mengirim surat lamaran, atau berkali-kali gagal dalam wawancara kerja, atau selalu gagal menembus psikotes; di sana tersedia ruang untuk konsultasi.Free bos…

Semoga membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts